Mutiara Kata Jawa

Mutiara-mutiara

"... Kula badhe nyobi prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantep, wani. ..."
"... Saya akan mencoba identitas seorang lelaki, yaitu: jujur, mantab, wani ..."
"Boten kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha cidra dhateng pengajeng-ajeng lan kepercadosipun sesami."
Intinya, seorang pemberani jangan takut menghadapi apapun..
"Yen kapergok aja mlayu."

..dan jika bertemu suatu bahaya, jangan lari. (Bertanggungjawab)
"Ing donya mung kebak kangelan, seng ora gelem kangelan aja ing donya."
"Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia."
"Ajinipun inggih boten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adiling Gusti."
Intinya, tak perlu mempelajari ajian-ajian, cukup dengan tekad yang baik, dengan kepasrahan yang benar dan selalu berlindung di bawah sifat adil tuhan.
"Kula bade ngukur dedeg kula, nimbang botin kamantepan, njajagi gayuhanipun budi."
Intinya, di dalam sebuah pengembaraan, sebaiknya seseorang juga perlu mempertimbangkan keyakinan yang dimilikinya dan mendalami raihan budi. Sejauh mana keyakinan dan raihan budinya, dapat dilihat setelah seseorang menjalani pengembaraan, karena di sanalah kedua hal tersebut dapat teruji dan terbukti.
"Pakerti asor numusi anak putu lan mbekta kasengsarane tiyang katah."
Intinya, harus tahu bahwa perbuatan atau akhlak yang buruk dapat terwarisi oleh sang anak dan dapat mendatangkan kesengsaraan orang lain.
"Aja dumeh, tepa slira, ngerti kuwalat."
Intinya, janganlah merasa hebat. Terhadap siapapun harus tenggang rasa. Dan harus tahu kena tuah (semisal hukum karma).
"Wani mengku: anteping ati, kencenging pikir, boboting kekuatane."
Intinya, kemantapan dan kekuatan hati, pikiran yang kuat atau teguh dan bobotnya kekuatan harus dimiliki.
"Nekad: Kekendelan, ngluwihi kekuatan."
Intinya, bertekad bahwa kepastian (di dalam diri) itu melebihi kekuatan.
"Dede tekad pamrih, nanging tekad asih."
Intinya, berdasarkan pada tekad asih, bukan tekad pamrih.
"Tiyang mlampah punika, sangunipun lan gembolanipun satunggal, inggih punika : "maksudipun"."
Intinya, orang berjalan hanya mempunyai satu bekal, yaitu niat.
"Barang sanesipun saged dipun wastani ngriribedi lan ngrawati lampah, kenging dipun wastani ugi : Ngendoni niyat utawi "ngeker ancas lan tujuning lampah"."
Intinya, barang lainnya selain niat yang baik, hanya akan menjadi penghalang dan memperberat langkah, dapat juga dinamakan sesuatu yang bisa mengendorkan niat, bisa memutar tujuan perjalanan. Gara-gara mencari sesuatu yang tak jelas, niat seseorang dapat berubah.
"Ingkang tansah dados ancasipun lampah kula mboten sanes namung sunyi pamrih, puji kula mboten sanes namung sugih, senengipun sesami."
Intinya, dalam menjalankan tugasnya niat beliau tak lain adalah sunyi pamrih, tidak mencari imbalan, sedangkan puji beliau adalah puji cukup, selamat dan kesenangan orang lain.
"Prabot kula boten sanes badan lan budi."
Intinya, atribut yang hanya bisa dibawa kapan saja adalah badan dan budi.
"Nyebar wiji sederekan lan wiji utamining kejawen ing manca negari."
Intinya, benih-benih persaudaraan dan keutamaan orang Jawa-lah yang harus diperjuangkan. Itu jika anda orang Jawa. Jika bukan, ya keutamaan bangsa anda yang harus anda perjuangkan, sebarkan ke mana saja anda berada. Namun yang terpenting disini ialah persaudaraan bukan permusuhan. (Perlu diingat bahwa sewaktu beliau menulis mutiara-mutiara ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia belum berdiri.)
"Tumraping kula piyambak, kejawi urun batos, raos, kula kedah wani urun badan, urun dada, urun bahu."
Intinya, memberikan pertolongan kepada sesama, bahkan dalam sebuah pengembaraan, selain menyumbangkan batin dan rasa, juga harus berani menyumbangkan badan, dada dan bahu. Sekujur tubuh, lahir dan batin harus bersedia disumbangkan demi kebahagiaan bersama.
"Ngawula dateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip, tanpa pamrih tanpa ajrih, jejeg mantep, mawi pasrah. Sebab payung kula Gusti kula, tameng kula inggih Gusti kula."
Intinya, dalam menjalani kehidupan disarankan mengabdikan diri kepada abdinya Tuhan, menyempurnakan kebahagiaan hidup, tanpa pamrih tanpa takut, tegak, mantap dengan jalan tawakkal. Sebab, yang patut dijadikan tempat berlindung dan bergantung hanyalah Tuhan.
"Yen kula mundur sebab ajrih, kula kenging dipun wastani kirang dhateng Gusti."
Intinya, seseorang yang mundur dari sebuah pertempuran (perjalanan dalam hidupan) karena takut, itu dapat dinilai sebagai orang yang kurang pasrah kepada Tuhan.
"Angungkup kabeh, anyandak siji."
Intinya, semuanya harus diraih, tapi hanya satu yang menjadi sumbernya, yaitu ridha Ilahi.
"Ambuka netra, tegesipun anutup netra. Anggelar pemandeng, tegesipun angringkes pemantheng."
Intinya, mata yang dibuka adalah mata yang ditutup. Meluaskan pandangan adalah konsentrasi. Mata bathinlah yang harus diutamakan, agar tidak mudah tergiur oleh gemerlap dunia yang hanyalah semu.
"Perlunipun lan maksudipun inggih punika nyukani urunan piwulang, pitedah lan tulada dhateng para sederek ing ngriki, ingkang asor inggih ingkang luhur, ingkang mlarat ingkang sugih."
Intinya, semua yang dilakukan itu dijadikan pelajaran untuk diri sendiri dan orang lain, sebagai petunjuk bersama, bahwa sesungguhnya yang hina itulah yang luhur, yang miskin itulah yang kaya. Penampilan seseorang tidak dapat dijadikan pertanda, melainkan apakah ada yang baik dibalik penampilan yang baik, atu mungkin orang yang seakan baik tapi berhati jahat.
"Ikhlas marang apa sing wis kelakon. Trimah apa kang dilakoni. Pasrah marang apa kang bakal ana. "
Artinya, ikhlas terhadap apa yang telah dijalani. Menerima apa yang sedang dialami. Pasrah terhadap apa yang akan dihadapi.
"Jen kersa njangoni, sampun njangoni uwas, nanging njangoni mantep lan pasrah. Punika sangunipun wong lanang." 

Sumber : www.kaskus.us
Indy G. Hakim, Tafsir Surat-surat & Mutiara-mutiara Drs. R.M.P. Sosrokartono, (Pustaka Kaona, April 2008)

1 Response
  1. pracimantoro Says:

    SALAM...KENAL...KALEH..LARE...PRACIMANTORO