HIKAYAT-HIKAYAT MISTIS


HIKAYAT-HIKAYAT MISTIS
Syaikh Al-Isyraq, Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi
 
PENERBIT MIZAN
KHAZANAH ILMU-ILMU ISLAM, September 1992
Jln. Yodkali 16, Telp. 700931 (dua saluran)
Bandung 40124 

  
Bab 7: Burung Hoopoe dan Burung Hantu
 
(11) Suatu kali ketika sedang terbang, burung hoopoe tiba di
lingkungan beberapa burung  hantu,  lalu  mampir  di  sarang
mereka.  Nah,  sebagaimana yang dikenal baik oleh masyarakat
Arab, burung hoopoe  termasyhur  karena  ketajaman  matanya,
sementara  burung-burung  hantu  itu  pada  siang hari buta.
Burung hoopoe melewatkan  malam  itu  bersama  burung-burung
hantu di dalam sarang mereka, dan mereka menanyainya tentang
segala macam hal. Pada waktu  fajar,  ketika  burung  hoopoe
berkemas  dan  siap  untuk  pergi, burung-burung  hantu  itu
berkata, 'Kawanku yang malang! Sungguh aneh, apa  yang  akan
kamu lakukan ini? Bisakah kita bepergian pada siang hari?'
 
'Ini   mengherankan,'   kata  si  hoopoe,  'Semua  pekerjaan
berlangsung pada siang hari.'
 
'Apakah kamu gila?' burung-burung hantu itu bertanya.  'Pada
siang  hari,  dengan ketidakjelasan yang disebarkan matahari
atas kegelapan malam, bagaimana kita bisa melihat?'
 
'Justru sebaliknya,' kata si hoopoe, 'Semua cahaya di  dunia
ini  tergantung  pada cahaya matahari, dan darinyalah segala
sesuatu   yang   bersinar   itu    mendapatkan    cahayanya.
Sesungguhnya   ia  dinamakan  "mata  dari  hari,"  sebab  ia
merupakan sumber cahaya.'
 
Tetapi burung-burung hantu  itu  mengira  dapat  mengalahkan
logika  si  hoopoe dengan menanyakan mengapa tak seorang pun
dapat melihat pada siang hari.
 
'Janganlah  beranggapan  bahwa  lewat  analogi  dengan  diri
kalian  sendiri  setiap orang itu seperti kalian. Semua yang
lain dapat melihat pada siang hari. Lihatlah aku. Aku  dapat
melihat,  aku  berada  di  dunia  yang  dapat dilihat, dapat
diamati. Ketidakjelasan itu  telah  hilang,  dan  aku  dapat
mengenali    permukaan    yang    cemerlang   dengan   jalan
menyingkapkannya tanpa gangguan keragu-raguan.'
 
Ketika burung-burung hantu itu mendengar ini, mereka menjadi
ribut   menjerit-jerit  dan,  sambil  bertengkar  satu  sama
lainnya,  mereka  berkata,  'Burung  ini  berbicara  tentang
kemampuan  melihat  pada  siang  hari, ketika kita terserang
kebutaan.' Dengan segera  mereka  menyerang  si  hoopoe  dan
melukainya dengan paruh dan cakar mereka. Mereka mengutuknya
dengan memanggilnya 'si  melek-siang-hari;'  sebab  kebutaan
pada  siang  hari  merupakan  kewajaran  di kalangan mereka.
'Jika  kamu  tidak  menarik  kembali  perkataanmu,'   mereka
berkata, 'kamu akan dibunuh!'
 
'Jika  aku  tidak  membuat  diriku  buta,'  pikir si hoopoe,
'mereka akan membunuhku. Karena mereka  merasakan  kesakitan
terutama  pada  mata  mereka,  kebutaan  dan  kematian  akan
terjadi  secara  serentak.'  Dan  kemudian,  diilhami   oleh
pepatah,  'Berbicaralah  dengan  orang-orang  sesuai  dengan
tingkat kecerdasan mereka,' dia menutup matanya dan berkata,
'Lihat! Aku menjadi buta seperti kalian.'
 
Melihat  memang  demikianlah halnya, mereka berhenti memukul
dan  melukai  si  burung  hoopoe,   yang   menyadari   bahwa
mengungkap  rahasia Ilahi di kalangan orang-orang yang tidak
percaya  sama  saja  dengan  menyebarkan  rahasia  kekafiran
mereka.  Dan karenanya, sampai tiba waktu perpisahan, secara
susah  payah  dia  bertahan  dengan  berpura-pura  buta  dan
berkata:
 
Berkali-kali aku mengatakan bahwa aku akan
menyingkapkan semua rahasia di dunia yang fana
ini.
 
Tetapi, karena takut akan pedang dan adanya
hasrat untuk menyelamatkan diriku, [aku telah
mengunci] bibirku dengan seribu paku.
 
Dia mengeluh dalam-dalam  dan  berkata,  'Dalam  diriku  ada
banyak   pengetahuan;   jika  aku  melepaskannya,  aku  akan
terbunuh.'
 
Jika selubung itu  diangkat, aku tidak akan
menjadi lebih yakin  (catatan: perkataan  ini
diyakini berasal dari 'Ali ibn Abi Thalib).
 
Agar mereka  menyembah  Allah  yang  mengungkapkan
segala  yang terpendam  di langit dan di bumi
serta mengetahui apa-apa yang disembunyikan dan
dinyatakan. (QS 27:25)
 
Jelaslah, tidak  sesuatu pun yang tidak
dari Kami perbendaharaannya. Dan Kami tidak
mengaruniakan  semua kebutuhan itu, kecuali dengan
kadar yang serba tertentu. (QS 15:21 )


0 Responses