Dorothy Law Nolte ( Membentuk Karakter Anak )

Permata Hati Dalam Keluarga 
Amanah Yang harus Di Jaga

* Jika Anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki 
* Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi 
* Jika anak dibesarkan dengan ketakutan,ia belajar gelisah
* Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri 
* Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri 
* Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian 
* Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah 
* Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri 
* Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri 
* Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia abelajar menghargai
* Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai 
* Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar mengenali tujuan 
* Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi,ia belajar kedermawanan 
* Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan 
* Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan 
* Jika anakdibesarkan dengan persahabatan, ia menemukan cinta dalam kehidupan 
* Jika anak dibesarkan dengan ketenteraman, ia belajar berdamai dengan pikiran
 
( Dorothy Law Notle)


Anak adalah anugerah terindah dalam hidup ini. Ia adalah
amal yang akan kita tinggal didunia. Karena satu diantara amalan yang tak akan
terputus di dunia ini adalah anak yang sholih dan sholihah. Namun anak
sekaligus permata dalam keluarga, yaitu sebuah amanah yang harus dijaga.


Penanaman aqidah yang benar dalam diri anak akan membuahkan
akhlak yang baik dalam kehidupannya. Karena buah dari keimanan yang baik adalah
akhlakul karimah (Akhlak yang Mulia).


Tanamkan pemahaman Islam yang benar yang sesuai dengan Al
Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Jauhkan ia dari budaya hedonis barat yang
telah menyerang umat muslim dunia. Bekali dia dengan syahsyiyah Islam
(pemahaman ilmu keislam) yang benar agar ia bisa menakar mana yang sesuai
dengan syariat dan mana yang hanya keabu-abuan atau kemungkaran. Jauhkan dia
dari Ghoswul Fikri (Perang pemikiran) yang telah ditancapkan kaum kapitalis
melalui tiga sarana (F3) : Fan (Hiburan), Food (Makanan), Facion (Pakaian atau
cara berbusana atau tata cara bergaya)


Ajari anak dengan hiburan yang benar, kenalkan budaya Islam
yang sesuai dengan syariat’nya. Kenalkan pada syair dan lagu serta music yang
benar, yang dihalalkan oleh Islam, yang bisa menumbuhkan ghiroh juangnya untuk
tertegaknya Islam,kenalkan pada ilmu dan teknologi yang benar agar ia bisa
memakainya untuk kejayaan Islam tak sekedar untuk memenuhi nafsunya.


Ajari mencari dan memakan yang toyyib (baik) dan halal agar
ia tak tercampuri barang haram dari proses mencari dan memakannya. Sehingga kesholihannya
terjaga dari barang haram yang tak disangka-sangka. Karena makanan akan
membentuk tubuh manusia. Jika bahan pembentuk susunannya toyyib dan halal maka
hasilnya pun akan toyyib dan halal, yaitu sebuah tubuh yang mencerminkan
kesholihan dan terus bercahaya dimanapun ia berada.

Ajari anak untuk berpakaian sesuai Syari’atnya. Kenalkanlah pakaian
yang bisa menutup auratnya. Bila laki-laki antara pusar dan lututnya…dan bila
wanita seluruh tubuhnya kecuali telapak tangan dan mukanya. Biasakan memakai
jilbab untuk anak perempuanmu…karena itu akan menjaga kehormatannya dan gampang
untuk dikenali. Jilbab itu bukan kerudung namun jilbab itu adalah pakaian
longgar yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Kerudung itu
khimar yang berarti penutup kepala saja.


Didik ia menjadi pribadi idaman harapan tuhan, didik ia
dengan kemandirian dan semangat pengorbanan terhadap agamanya. Agar bilamana
Tuhannya menyeru untuk melaksanakan kewajibannya berjuang menegakkan Syari’atNya
ia tak enggan lagi untuk melaksanakannya. Semoga kita semua bisa menjadi orang
tua yang bijaksana dan mendidik anak dengan keikhlasan dan kesabaran karena
Allah semata.


Mari kita jadikan anak-anak kita seperti Abu Bakar Ashidiq
yang teguh kejujuran dan keimanannya, mari kita jadikan anak kita Umar bin Khottob
yang tegar dan berani kepada kafir durjana, Mari kita didik anak kita menjadi
Ali bin Abi Tholib yang tangkas akan keahlian perangnya, Mari kita didik
menjadi Usman bin Affan yang rela
meninggalkan harta kemewahannya demi keimanannya. Mari kita didik menjadi Khodijah yang selalu setia dengan
pengorbanannya dan keteguhan imannya. Mari kita didik menjadi Aisyah yang encer
otak dan kepiawaiannya, mari kita didik menjadi Fatimah yang bisa menentramkan
suaminya, mari kita didik menjadi Asiyah yang bisa menebar kesabaran atas semua
takdir hidupnya dan mari kita didik seperti Naila yang sangat setia terhadap
suaminya.


Jadilah Lukman yang selalu berpesan pada anaknya…


”…..Wahai anakku ! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”


Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik
kepada)kedua orang tuannya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
usia dua tahun. Bersyukurlah kepadak Ku dan kepada Orang Tuamu. Hanya kepada
Aku kembalimu.


Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau
menaati keduanya, dan pergaulilah keduannya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepadaKu. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu,
maka akan Aku beritahu kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.


“Wahai anakku ! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, Niscaya Allah
akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Luas dan Maha teliti.

Wahai anakku ! Dan Laksanakanlah Sholat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang munkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara
yang penting.


Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.

Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (QS. Lukman : 13-19)


“Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedangkan dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul
(tali) yang kokoh. Hanya kepada Allahlah kesudahan segala urusan (QS. Lukman :
22)
 
Sumber : Facebook Imatuzzahra
0 Responses